Senin, 12 Maret 2012

Ketua KIP BM, Pertaruhkan Jabatan Untuk Warga Lima Desa

Ketua KIP Bener Meriah Ahmadi, SE siap mempertaruhkan jabatannya untuk memasukan warga lima desa di kemukiman Sarah Gele dan Bandar Baru Rubek. Sebab, secara dejure warga daridua  kemukiman ini masuk ke wilayah Kabupaten Bener Meriah. Jadi  mereka berhak memilih di Bener Meriah.
Apa yang dilakukan KIP Bener Meriah, menurut Ahmadi dengan memasukan warga di lima desa tersebut dalam Daftar Pemilih Tetap(DPT) Bener Meriah, hanya melakukan pemutakhiran data,  minimal 6 bulan telah terdaftar sebagai penduduk suatu daerah KIP wajib memasukkan nama.
“Penduduk tidak sengketa, tapi batal batas iya. Karenanya daripada saya tidak masukkan  mereka ke dalam penduduk Bener Meriah, lebih baik saya mundur dan saya siap menerima konsekuensi hokum,” tegasnya dihadapan puluhan warga yang beraudensi ke DPRK Bener Meriah, Senin (12/2/12).
Dalam audensi tersebut, ada puluhan warga  dari kampung Sarah Gele, Sarah Reje, Garut , Rubek dan Sejuk yang tergabung dalam dua kemukiman Sarah Gele dan Bandar Baru Rubek mendatangi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Bener Meriah.
Mereka menyampaikan  pernyataan secara huokum telah menjadi penduduk Bener Meriah melalui E-KTP,  serta mempertanyakan hak pilih pada pemilukada  2012 dan status tapal batas wilayah antara kabupaten Bener Meriah dengan kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara.
“Ada segelintir oknum yang tidak menginginkan dari 5 kampung tersebut masuk ke wilayah kabupaten Bener Meriah, ini murni  aspirasi masyarakat dan tidak ada paksaan,” ujar Aramiko Aritonang, koordinator perwakilan masyarakat dari dua kemukiman tersebut.
Menurutnya, sebelum Bener Meriah dimekarkan 5 kampung ini termasuk kedalam wilayah kabupaten Aceh Tengah. Namun, kerena rentang kendali  begitu jauh, pada masa itu kabupaten Aceh Tengah menitipkan warganya ke Aceh Timur. Jauh sebelum masa kemerdekaan kemukiman ini juga termasuk kedalam wilayah kerajaan Linge.
Ia menambahkan, ari ate poteh (dari hati yang tulus-red) kami ingin bergabung,  kerena secara bahasa dan budaya kami bangsa Gayo penduduk Bener Meriah. Kemudian dengan suara lantang ia meneriakkan “Ara ke paksaan mayo ku Bener Meriah (adakah paksaan untuk bergabung dengan Bener Meriah-red),”  spontan, sambutan sorak pun datang dari masyarakat perwakilan  “Enggeh” (tidak-red), terdengar dengan keras.

* Sumber Lintasgayo.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar