Senin, 12 Maret 2012

Ketua KIP BM, Pertaruhkan Jabatan Untuk Warga Lima Desa

Ketua KIP Bener Meriah Ahmadi, SE siap mempertaruhkan jabatannya untuk memasukan warga lima desa di kemukiman Sarah Gele dan Bandar Baru Rubek. Sebab, secara dejure warga daridua  kemukiman ini masuk ke wilayah Kabupaten Bener Meriah. Jadi  mereka berhak memilih di Bener Meriah.
Apa yang dilakukan KIP Bener Meriah, menurut Ahmadi dengan memasukan warga di lima desa tersebut dalam Daftar Pemilih Tetap(DPT) Bener Meriah, hanya melakukan pemutakhiran data,  minimal 6 bulan telah terdaftar sebagai penduduk suatu daerah KIP wajib memasukkan nama.
“Penduduk tidak sengketa, tapi batal batas iya. Karenanya daripada saya tidak masukkan  mereka ke dalam penduduk Bener Meriah, lebih baik saya mundur dan saya siap menerima konsekuensi hokum,” tegasnya dihadapan puluhan warga yang beraudensi ke DPRK Bener Meriah, Senin (12/2/12).
Dalam audensi tersebut, ada puluhan warga  dari kampung Sarah Gele, Sarah Reje, Garut , Rubek dan Sejuk yang tergabung dalam dua kemukiman Sarah Gele dan Bandar Baru Rubek mendatangi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Bener Meriah.
Mereka menyampaikan  pernyataan secara huokum telah menjadi penduduk Bener Meriah melalui E-KTP,  serta mempertanyakan hak pilih pada pemilukada  2012 dan status tapal batas wilayah antara kabupaten Bener Meriah dengan kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara.
“Ada segelintir oknum yang tidak menginginkan dari 5 kampung tersebut masuk ke wilayah kabupaten Bener Meriah, ini murni  aspirasi masyarakat dan tidak ada paksaan,” ujar Aramiko Aritonang, koordinator perwakilan masyarakat dari dua kemukiman tersebut.
Menurutnya, sebelum Bener Meriah dimekarkan 5 kampung ini termasuk kedalam wilayah kabupaten Aceh Tengah. Namun, kerena rentang kendali  begitu jauh, pada masa itu kabupaten Aceh Tengah menitipkan warganya ke Aceh Timur. Jauh sebelum masa kemerdekaan kemukiman ini juga termasuk kedalam wilayah kerajaan Linge.
Ia menambahkan, ari ate poteh (dari hati yang tulus-red) kami ingin bergabung,  kerena secara bahasa dan budaya kami bangsa Gayo penduduk Bener Meriah. Kemudian dengan suara lantang ia meneriakkan “Ara ke paksaan mayo ku Bener Meriah (adakah paksaan untuk bergabung dengan Bener Meriah-red),”  spontan, sambutan sorak pun datang dari masyarakat perwakilan  “Enggeh” (tidak-red), terdengar dengan keras.

* Sumber Lintasgayo.com 

4 Rahasia Menjadi Orang Kaya

Keterampilan mengelola uang akan menentukan apakah seseorang sukses secara finansial dan menjadi kaya karenanya atau tidak. Meski begitu, keterampilan ini sangat bisa dipelajari dan membutuhkan konsistensi.

Valentino Dinsi, SE, MM, MBA, pendiri MuslimCOACH menyebutkan, hanya satu persen orang di dunia yang mengontrol 50 persen uang yang beredar, dan lima persen orang di dunia yang menguasai 90 persen uang beredar. Ini sama artinya dengan semakin banyak orang yang memperebutkan sedikit uang.

"Jika pun uang beredar di dunia ini dibagi rata setiap orang, 25 milyar per orang misalnya. Dalam lima tahun komposisinya akan kembali seperti awal tadi. Karena begitu menerima uang banyak, kecenderungannya orang akan konsumtif," jelas Valentino, dalam dalam seminar bertema "Entrepreneur in You" yang diadakan oleh Department Group of Magazine, Kompas Gramedia beberapa waktu lalu.

Lantas bagaimana sebagian kecil orang di dunia mengelola uangnya dan sukses finansial serta menjadi kaya karenanya?

1. Jangan bergantung pada satu sumber penghasilan
Menjadi kaya sama dengan bekerja lebih giat dan menarik uang lebih banyak. Bergantung pada satu sumber penghasilan takkan cukup menambah pendapatan. Jadi, caranya menjadi kaya adalah dengan mencari sumber pendapatan kedua atau ketiga. Anda bisa mencari tambahan penghasilan dengan keterampilan atau hobi yang dimiliki dan bisa dikerjakan dari rumah. Seperti menjadi penulis buku freelance dan mengerjakannya sepulang kantor. Atau keahlian lain yang berbeda dari pekerjaan Anda saat ini.

2. Akumulasi aset

Semakin banyak aset Anda, semakin besar nilai kekayaan Anda. Mulailah berinvestasi. Membeli tanah, bisnis franchise yang memudahkan dan laris di pasaran, atau bentuk investasi lain. Tentu saja Anda perlu menambah pengetahuan seputar investasi termasuk risikonya. Dengan mempelajari jenis dan risiko investasi, Anda bisa mendapatkan penghasilan tambahan sekaligus mengakumulasi aset Anda.

3. Terapkan teori "compounding"
Seperti dikutip www.dowtheoryletters.com dalam buku Irwin Shaw bertajuk Rich Man, Poor Man disebutkan, compounding menjadi aturan pertama untuk menghasilkan uang dan menjadi jalan menuju kaya. Jalan ini mengandung makna, Anda harus gigih dalam berupaya menghasilkan uang. Anda juga memerlukan kecerdasan untuk tetap menjalani pekerjaan (yang menghasilkan uang tersebut). Artinya Anda perlu memahami betul apa yang Anda lakukan dan mengapa Anda melakukan pekerjaan tersebut. Selain itu compounding juga bermakna Anda perlu memiliki pengetahuan matematika untuk dapat memperhitungkan penghasilan yang Anda miliki dan mengelolanya dengan tepat. Selain itu, sukses finansial membutuhkan waktu, dan bukan sukses instan yang hanya bertahan sementara. 4. Menjalani empat profesi ini
Valentino menyebutkan empat profesi orang terkaya di dunia adalah:
* Entrepreneur
* Pialang saham
* CEO/ Direktur Utama sebuah perusahaan.
* Staf penjualan door to door yang dibayar berdasarkan komisi hasil penjualan.

Jika disimak, daftar 10 orang terkaya di Indonesia menurut majalah Forbes (versi September 2008) adalah pengusaha. Sebut saja lima besarnya seperti Aburizal Bakrie dan keluarga (5,4 miliar dollar AS),  Sukanto Tanoto dan keluarga mengelola Garuda Mas (4,7 miliar dollar AS),  R. Budi Hartono (3,14 miliar dollar AS), Budi Hartono dan Michael Hartono, dua saudara kandung yang memiliki saham di perusahaan rokok Djarum dan BCA (3,08 miliar dollar AS),  Eka Tjipta Widjaja dan keluarga pemilik Sinar Mas Group (2,8 miliar dollar AS), dan sederet penguasaha kaya lainnya.

* Sumber Kompas.com.

7 Langkah Menjadi Orang Kaya

Sumber Kompas. com   "Kekayaan adalah apa yang Anda akumulasikan, bukan yang Anda belanjakan," begitu kata Thomas Stanley dan William Danko, penulis buku The Millionaire Next Door. Untuk mencapai kekayaan ini, ternyata tidak banyak yang perlu Anda lakukan. Anda hanya perlu mengubah kebiasaan yang semula tidak menghargai uang menjadi lebih menghargainya. Stanley dan Danko mengungkapkannya dalam tujuh cara berikut ini:
1. Hidup sederhana. Orang-orang dengan penghasilan tinggi yang membelanjakan seluruh uangnya untuk bersenang-senang tak bisa dianggap orang kaya. Mereka ceroboh karena hanya hidup untuk hari ini. Anda tentu masih ingat bukan dengan pepatah "Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian"? Jadi, hiduplah sederhana pada hari ini agar bisa menikmati hidup Anda nanti.

2. Membuat perencanaan. Perencanaan dilakukan tidak hanya dalam periode satu tahun, misalnya, tetapi selamanya. Dan, hiduplah sesuai dengan perencanaan Anda tersebut hari ini, besok, bahkan sampai 30 tahun berikutnya. Luangkan waktu untuk membuat perencanaan ini dan awasi perencanaan itu setiap hari. Gunakan budget dan tetaplah berpegang pada budget tersebut.

3. Lakukan diversifikasi. Leslie Lassiter, Direktur Pelaksana JP Morgan Private Wealth Management, mengatakan, orang-orang kaya biasa membuat diversifikasi untuk investasi mereka. Cara ini membuat mereka lebih fleksibel untuk bertahan pada masa-masa sulit. "Klien yang paling kaya memiliki portofolio yang sangat bervariasi, yang bukan sekadar saham, obligasi, melainkan juga hedge funds, mata uang, dan komoditas," katanya. Ada banyak reksadana yang memungkinkan Anda mendapatkan tipe kelas-kelas aset.

4. Kurangi penggunaan kredit dan beralihlah ke tunai. Orang-orang kaya tentu bisa saja membeli rumah atau mobil mewah secara tunai. Namun, kita yang mempunyai penghasilan rata-rata pun bisa meniru kebiasaan ini. Bayarlah barang-barang yang Anda inginkan secara tunai. Itu artinya: bila tak ada uang tunai, tak perlu membeli barang tersebut. Menumpuk utang kartu kredit untuk barang-barang mahal atau liburan yang mewah tak akan membuat Anda menjadi kaya.

5. Miliki akses ke uang tunai. Meskipun telah menginvestasikan sebagian uangnya, orang kaya masih bisa memiliki uang tunai ketika membutuhkannya. Jadi, ketika ada kebutuhan mendadak, Anda tidak kesulitan untuk memenuhinya.

6. Sebarkan tabungan tunai Anda. Simpan uang Anda dalam beberapa tabungan yang berbeda. Cara seperti ini akan membantu Anda untuk mengatur budget. Misalnya, satu rekening bank digunakan sebagai biaya operasional sehari-hari. Rekening lainnya untuk tabungan hari tua, dana pendidikan, dana liburan, dan lain sebagainya. Menggunakan beberapa akun di bank juga memungkinkan Anda mendapatkan manfaat yang berbeda-beda.

Minggu, 11 Maret 2012

PEMIMPIN DALAM ISLAM

Persoalan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting dan strategis, karena ia sangat menentukan nasib sebuah masyarakat dan bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa di antara ciri masyarakat yang unggul dan menguasai peradaban adalah masyarakat memiliki pemimpin yang berwibawa, tegas dan adil, berpihak pada kepentingan masyarakat, memiliki visi yang kuat, dan mampu menghadirkan  perubahan kearah yang  lebih baik.
Ajaran Islam secara tegas menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan variabel yang tidak boleh diabaikan dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Al-Quran telah banyak memberikan gambaran tentang adanya hubungan positif antara pemimpin yang baik dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah kisah Nabi Yusuf 'alaihissalam, seorang nabi yang juga dipercaya untuk memegang amanah mengelola keuangan dan perekonomian masyarakat. Nabi Yusuf, dengan bermodalkan kejujuran dan kecerdasannya (QS. Yusuf: 55), mampu menyelamatkan Mesir dari krisis pangan dan krisis ekonomi berkepanjangan.
Di bawah kepemimpinan beliau, Mesir mampu mempertahankan tingkat kemakmurannya meskipun kondisi perekonomian global saat itu berada pada situasi yang tidak menguntungkan akibat musim paceklik yang sangat dahsyat, sehingga supply barang kebutuhan pokok menjadi terganggu.
Demikian pula dengan kepemimpinan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang mampu menciptakan revolusi peradaban hanya dalam waktu 23 tahun. Beliau adalah tipikal pemimpin yang sangat luar biasa dan tidak ada tandingannya. Potensi para sahabat mampu dioptimalkan dengan baik, sehingga mereka dapat memerankan dirinya sebagai anasirut taghyir atau agen-agen perubahan masyarakat. Bagaimana Abdurrahman bin Auf radhiyallahu 'anhu, dengan potensi yang dimilikinya, oleh Rasulullah dijadikan sebagai kunci penting yang mampu menggerakkan perekonomian masyarakat. Kemudian Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dan Umar bin Khattab radhiyallu 'anhu, dipersiapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai negarawan besar. Demikian pula dengan Khalid bin Walid radhiyallahu 'anhu yang dioptimalkan perannya yang sangat disegani dan ditakuti dunia pada saat itu. Ali bin Abi Thallib radhiyallahu 'anhu  dididik menjadi ilmuwan dan pemimpin yang dipersiapkan sejak muda. Abu Zhar al-Ghifari radhiyallahu 'anhu, yang dididik menjadi tokoh yang menjadi penyeimbang dan pengingat penguasa untuk tidak bermain-main dengan jabatannya. Masih banyak contoh para sahabat lainnya, yang mampu menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban manusia.
Yang sangat luar biasa adalah, Rasul mampu menjadikan mereka sebagai tim yang solid dan kompak, sehingga melalui tangan mereka dakwah Islam tersebar luas ke seluruh Jazirah dan ke penjuru dunia. Kesemuanya membuktikan bahwa persoalan kepemimpinan bukan merupakan persoalan kecil yang dapat dipermainkan. Ia adalah persoalan serius yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di yaumil akhir. Karena itu, ajaran Islam telah mengingatkan umatnya untuk berhati-hati di dalam memilih pemimpin, karena salah memilih memimpin berarti sama dengan turut berkontribusi dalam menciptakan kesengsaraan masyarakat. Tanggung jawab seorang pemimpin sangat besar  baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia.
Wajarlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah bisa tidur nyenyak sebelum memastikan bahwa masyarakatnya bisa tidur nyenyak. Bahkan hal tersebut terbawa hingga menjelang ajal, dimana beliau sangat mengkhawatirkan keadaan umatnya. Karena itu, Rasulullah telah mengingatkan bahwa pemimpin yang baik dan adil akan menjadi salah satu dari 7 golongan yang akan mendapat naungan dan perlindungan Allah di hari kiamat nanti (HR Bukhari), dan sebaliknya pemimpin yang kejam dan tidak amanah, merupakan salah satu dari 3 kelompok yang kategorikan sebagai penyakit kronis agama (HR Daelamy), yang hanya akan membawa kemadharatan dan kesengsaraan bagi agama dan masyarakat. 
Karena persoalan kepemimpinan terkait dengan urusan dunia dan akhirat, maka Al-Qur'an melarang kaum muslimin mengangkat pemimpin non muslim yang memusuhi Allah dan RasulNya serta kaum muslimin secara keseluruhan (QS. Al-Quran Mumtahanah: 1). Terdapat pula larangan mengangkat pemimpin dari kalangan Yahudi dan Nasrani (QS. Al-Maidah: 51). Juga melarang mengangkat pemimpin yang mempermainkan ajaran agama (QS Al-Maidah: 57-58). Dan salah satu doa yang selalu dibaca oleh 'ibadurrahman (hamba-hamba Allah), adalah doa yang berkaitan dengan kepemimpinan dari kalangan orang-orang yang bertawa (QS. Al-Furqan: 74).
Dari ayat-ayat tersebut, dapatlah diketahui bahwa kepemimpinan dalam pandangan Al-Qur'an adalah amanah yang sangat berat, yang pertanggungjawabannya bersifat duniawi dan ukhrawi, dan berdimensi ibadah. Ketaatan kepada pemimpin merupakan keniscayaan bagi orang-orang yang beriman (QS An-Nisa' : 59).

Ciri Pemimpin yang Baik.

Ada beberapa ciri pemimpin yang baik, yang akan berhasil dalam kepemimpinannya.
  • Senantiasa bersikap adil dan menjunjung tinggi kebenaran. Begitu pentingnya masalah ini sampai-sampai Rasulullah menyatakan sejamnya keadilan pemimpin jauh lebih baik dibandingkan dengan seribu rakaat shalat sunnah (al-hadits). Pemimpin yang adil, disamping ilmunya para ulama, kepemurahannya kaum kaya, dan doanya kaum dhuafa akan menjadi pilar utama.
  • Senantiasa menjadi pengayom dan pembela masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman dan terlindungi. Kehidupan menjadi tenteram dan bahagia. Kebijakan yang dikeluarkan pun tidak akan menjadi kebijakan yang merugikan rakyat. Ketika terjadi konflik antara kepentingan rakyat kecil, maka ia akan lebih memilih untuk membela kepentingan rakyat kecil.
  • Berpihak dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu adalah contoh pemimpin yang selalu berpatroli setiap malam, memastikan bahwa rakyatnya tidak ada yang kelaparan. Demikian pula dengan khalifah Umar bin Abdul Azis, yang mampu mengentaskan kemiskinan melalui instrumen zakat, hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun. Inilah model kepemimpinan yang selalu didambakan kehadirannya oleh seluruh masyarakat kapan dan dimanapun, termasuk Negara yang kita cintai ini. Mudah-mudahan melalui pemimpin yang demikianlah, Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih baik dan sejahtera

Ricuh DPT di Bener Meriah

Bener Meriah - Sinyalemen terjadinya penggelembungan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pilkada 2012 semakin mengemuka di Kabupaten Bener Meriah. Pada Jumat kemarin, seratusan mahasiswa bersama masyarakat ‘menyerbu’ DPRK Bener Meriah menyerukan agar Ketua KIP setempat dicopot karena diduga terlibat dalam permainan tersebut.

Dari Bener Meriah dilaporkan, demonstran tiba di Gedung Dewan sekitar pukul 10.00 WIB mengusung spanduk dan sejumlah kertas karton bertuliskan kalimat bernada protes atas terjadinya dugaan penggelembungan jumlah pemilih. Aparat keamanan dari Polres Bener Meriah dan Satpol PP tampak siaga mengawasi aksi tersebut.

Dengan menggunakan pengeras suara, Koordinator Aksi Demo, Zulfan Ariga berteriak; “KIP telah berbuat curang dengan menggelembungkan jumlah DPT hingga 15.000 orang. Copot segera Ketua KIP Bener Meriah,” tandas Zulfan disambut teriakan pendemo lainnya sambil serentak mengangkat tangan.

Zulfan juga meneriakkan agar anggota DPRK keluar dari dalam gedung untuk mendengarkan aspirasi rakyat. “Jangan hanya tidur,” teriak Zulfan. Detik-detik berikutnya langsung bergemuruh bait-bait syair lagu Iwan Fals yang dinyanyikan secara serentak oleh demonstran. “Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur saat sidang soal rakyat....”

Wakil Ketua DPRK Bener Meriah, Joni Suryawan menemui demonstran dan selanjutnya massa diizinkan masuk ke ruang sidang. Di ruang sidang, di hadapan Wakil Ketua DPRK Joni Suryawan beserta seorang anggota, Sarkati, Kapolres Bener Meriah, AKBP Cahyo Hutomo, Ketua KIP Ahmadi SE, Asisten I, Tasnim, dan seorang anggota Panwaslih, Rosmanila, para demonstran menyampaikan sejumlah tuntutan.

Terkait pembengkakan DPT hingga 15.000 orang, pendemo meminta DPRK mencopot Ketua KIP Bener Meriah, Ahmadi karena dinilai tidak netral.

Pendemo juga menyinggung beberapa kampung di perbatasan Aceh Timur, seperti Sarah Gele, Sarah Reje, Ranto Panyang, Garut, dan Kampung Sejuk yang masyarakatnya terkesan dipaksa memilih di kabupaten Bener Meriah. Padahal, menurut pendemo, sesuai surat keputusan gubernur, masyarakat di kampung-kampung perbatasan itu masuk wilayah Aceh Timur. “Bukan kami tak membenarkan mereka tinggal di Kabupaten Bener Meriah, tetapi status mereka sudah jelas penduduk Aceh Timur. Mereka ditarik kemari untuk kepentingan yang tak jelas,” kata Zulfan Ariga.

Demonstran tetap merasa tidak puas meski anggota DPRK Bener Meriah memberikan penjelasan. Mereka tetap menuntut agar Ketua KIP Bener Meriah diberhentikan dari jabatannya. “Hukum harus ditegakkan Pak Kapolres. Kami mau masalah manipulasi jumlah penduduk ini ditangani secara hukum,” pinta seorang pendemo kepada Kapolres Bener Meriah, AKBP Cahyo Hutomo.

Wakil Ketua DPRK Bener Meriah, Joni Suryawan menjelaskan, segala konflik mengenai pilkada harus disampaikan ke Panwaslih dan KIP. Pihak Dewan berharap penyelesaian berbagai persoalan yang disuarakan masyarakat harus mengedepankan aspek hukum. Dewan juga sedang membahas beberapa poin lagi terkait aspirasi yang disuarakan masyarakat.

Sekitar pukul 12.05 WIB, setelah mendapat penjelasan dari Wakil Ketua DPRK Bener Meriah, demonstran membubarkan diri.

Perjalanan Gajah Putih

ALKISAH, kene sahibul hikayat, Sengeda gerle munengon Gajah Putih peropa atan kubur ni abange, Bener Merie. Gere gip ari ulu ni wih wan uten Samarkilang. Biasae ton perinumni manuk urum hewan uten si dele. I one le Bener Merie i unuh ni Reje Linge XIV. Cik Serule urum Sengeda renye dekat ku Gajah Putih ne. Ulesen urum upuh kerung, ulikni Sengeda, sesire uet Gajah Putihne. Singket cerite, renye i tonai ari Samarkilang sawah ku Linge arih-arih.
Ara ni Sengeda tetap i tunin, enti sampe betih Reje Linge we murip ilen. Bedene i salup urum arang kati item, nome wan uer. Penge Reje Linge ara Gajah Putih i umah ni Cik Serule, gerle we.  “Mai kini, selo nguk i umah ma. Roa lo ni kite begerak”, kene Reje Linge kena male menghadapi Rapat Tahunan i  Kute Reje. Renye ijulen arih-arih Gajah Putihne ku Istana Reje Linge.
Sawah lo beluh a,  rombongan ari Linge mudele pora, kena sesire mubiyo Gajah Putih. Sengeda nge item bedene kona arang. We terkuduk pedih sire mubio kude benemah bekal. “Sahan oya?”, kene Reje Linge ku Cik Serule. “Eleh, oya ke penatangni nemahte, Reje”, kene Cik Serule pecogah. Sayang pedih atewe kin Sengeda.
Menurut cerite, dene ku Aceh mununung dene ni jema mubio koro ku Biren. Sebeb, waktu oya jema mujuel koro i Biren. Ara si mubio koro, lemu, sawah ku Medan, kena gere ara ilen motor kul si nguk mah koro.  Jelen oyale si mujadi dene kul besilo, antara Takengen urum Biren. Sawah ku sara tempat wan uten rime, tibe-tibe Gajah Putih ne musangka dirie. Gere sahanpe mubetihe, kusi sangkae. I perahi, gere terdemui, kena wan uten .  Geh kene sara jema, “Ara le cara e woi. Bun ilih te ku atan pumu, renye i tepok urum tetulok. Kusi musempir ni ilih a, keta kone perahi”.  Renye i uji. Renye i tunung, kusi  sempur ilih oyane. Betul. Akhire demu le mien Gajah ne. Oya kati dak serloni ara kampung gerale “Timang Gajah”.
Sawah ku sara tempat, nge jeroh hek  ke. Gajah nepe nge derong. Kecep ne matae. Si mubio  pe nge begegurilen. Waktu nge meh uet kena male begerak mien, nge muloi mulagu. Gajah Putihne gere mera uet neh. I senawat, i dere urum kayu, i tegu ter ukie, tetap gere mugerak. Kunehmi cara. Muling Sengeda ari kuduk. “Eleh, jontok nama mi ter sigeli ea”. Ine,  betul. Ta mujontokpe  ter sigeli eane, tup mulumpet. Oya, kin remalane renye Gajah ne. Tempat oya dak serloni renye  begeral Sigeli, alias kota Sigli.
Dekat Kutereje, jema nge beriring geniring jelen, male munengon kune kin rupe ni Gajah Putih. Kena nge sawah keber, Reje Linge munengkam Gajah Putih. “Yah mutuah ni Reje Linge. Sana die osah Reje Aceh  kin nise,” a kene jema jep sagi. Gerle jema, lagu munengon karnaval jaman besiloni. Oya baro engon rupe ni Gajah Putih ari Linge, Tanoh Gayo.
Ton serah terime  i Kutereje nge siep. Tempat betunah pe nge i tos. Begegurilen Gajah Putihne wan tunah sesire munanti upacara. Gere gip ari benten (panggung) tempat reje-reje kunul. Jema pe nge keliling lagu rerayan. Ara si muguel canang. Terlo oyane le terjadi peristiwa kul. Wan acara serah terima ari Reje Linge ku Reje Aceh, Gajah Putih ne arih-arih ku panggung. Nge dekat Reje-Rejene kunul, i siluk ke wih ni tunah, renye i sempurne ku reje-reje a ne. Meh ledak, bulut bewene reje-reje si atan benten oyane.
Jema si munengon pe meh gerle. “Mukune, gajah ni”, kene jema. Nge muloi pu sesangka lagu jema mabuken. Gere sahanpe berani dekat. Geh kene Cik Serule, “Mukune ini win? Tengkamen kope Gajahni”. Renye i dedik Sengeda, i ulikne lagu besisu. Baru mulemut Gajah ne. Arih-arih i tegu sawah derong.
Munengon oya, heran Reje Acehne pe. “Sahan oya?” kuneie ku Tengku Cik Serule. “Porami ku seder, Reje. Betih Reje le kase”, kene Cik Serule. Oya le muloi i sedere sahan Sengeda dan sahan Bener Merie. Gajah Puithni rupen jelmaan ari Bener Merie si i unuh ni Reje Linge wan uten Samarkilang. Sawah dak serloni, kubur ne ara ilen. Geh kene jema-jema i one , “kubur ni muyang”.
Oya baro muke resie ni Reje Linge. Renye mayo koan Pengadilen, dan Reje Linge mengakui kesalahane. Akhire, berkat jasa ni Datu Beru Qadhi Malikul Alam, Tengku Kali Kul seluruh Aceh, “Win, nge sara abangmu osop, enti roane”. “Bohmi keta”, kene  Sengeda. Oyakati gere kona hukum Qisas, genap ngen hukum Dhiat padih. Bersimaafen. Menurut cerite, renye Reje Linge XIV turun ari tahta Kerajaan Linge, wilayahepe mubagi due urum Sengeda.
Beta kire-kire kekeberne. Wallahu a’lam bish-shawab.
Oleh: Lukman Hakim Gayo
*Wartawan asal Gayo, tinggal di Bekasi

Politik Uang Jalan Pintas Merebut Kekuasaan


Oleh : Muchtarudin Gayo*
 Dari Abdullah bin Amar berkata : ( Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah melaknat orang yang menyogok dan disogok ) HR. Kelimanya keculi An-Nasa’i dan At-Tirmidzi mensahihkannya.

 Dari Tsauban berkata : ( Rasulullah saw melaknat orang yang menyuap, yang disuap, dan perantara suapan )  yakni orang yang memberikan jalan atas keduanya, HR. Ahmad.
Maraknya praktik politik uang menjelang  pelaksanaan Pilkada di beberapa daerah, di antaranya terjadi akibat rasa frustasi pemilih dan para Calon Peserta Pilkada (gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, walikota/wakil walikota)  terhadap kondisi politik saat ini. Kedua pihak pun memilih cara-cara instan untuk meraih tujuan dan keuntungan masing-masing.
Dalam praktik money politics (politik uang), ada hubungan yang bersifat transaksional pada kedua pihak yang frustasi. Pemilih frustasi karena menganggap siapapun yang terpilih tidak akan berarti banyak bagi nasib mereka, sehingga budaya instan muncul, akan memilih siapa yang mau membeli suaranya.
Calon peserta pilkada pun frustasi karena tidak percaya diri atau tidak dipercaya oleh masyarakat karena jejak rekam masa lalu, apalagi jika si calon tersebut adalah incumbent tentu masih banyak “buku dosa” yang belum terbuka. Akhirnya mereka memilih jalan pintas lewat pola ”beli-putus”. Yaitu, membayar suara pemilih dan merasa kewajiban lepas saat sudah terpilih.
Praktik politik uang, terjadi karena adanya hubungan mutualisme antara pelaku, yaitu calon peserta pilkada, dan rakyat (pemilik hak pilih) secara umum. Bagi politisi, politik uang merupakan media instan untuk mendapat suara konstituen. Sebaliknya, bagi rakyat, politik uang ibarat bonus rutin di masa Pemilukada lima tahunan. Uang atau materi dari politik uang itu dianggap lebih ril bisa dirasakan, dibandingkan misalnya realisasi program-program, visi dan misi calon peserta pilkada atau politisi yang tidak menyentuh langsung kepentingan masyarakat.
Jalan pintas ini adalah bukti belum siapnya politisi, calon peserta pilkada dan Parpol melakukan proses penguatan pengkaderan dan penggalangan basis massa. Dan ini merupakan indikasi gagalnya komunikasi politik antara calon peserta pilkada dengan konstituen.
Politik Uang Virus Demokrasi
Politik uang sejatinya adalah salah satu bentuk virus politik yang cukup ganas. Ia akan membunuh pohon demokrasi hingga ke akar-akarnya. Cepat atau lambat. Kalaupun pada akhirnya pohon demokrasi itu dapat tumbuh besar, ia akan menjadi ancaman bagi tanaman di sekitarnya. Atau, bahkan membunuhnya juga.
Ketika politik uang menjadi senjata para Calon Peserta Pilkada untuk “menipu” masyarakat agar bersimpati dan memilihnya, maka saat itu pula, pesta demokrasi —Pemilukada,  dengan sendirinya telah cacat hukum dan catat moral.
Politik dan uang selalu bergandengan tangan. Dan virus politik uang, sebenarnya sudah berkembang sejak masa Negara Kota (Polis/Politea) di Yunani Kuno. Sejak dipergunakan secara luas sebagai alat tukar dalam peradaban modern, uang telah menjadi tiket politik yang efektif. Jika digunakan dengan cerdas, ia bisa menjadi ongkos atau jalan pintas bagi seseorang untuk memperoleh kekuasaan atau jabatan tertentu.
Praktik politik uang setidaknya bermasalah dalam dua aspek: idealisme demokrasi dan aturan main perundangan dan syariat. Dalam konteks demokratisasi, fenomena politik uang, memiliki sisi berlawanan dengan idealisme demokrasi. Dinamika demokratisasi menghendaki adanya kemandirian dan rasionalitas rakyat sebagai aktor utama demokrasi. Pilihan rakyat dalam berdemokrasi harus langsung, umum, bebas, rahasia dan merdeka dari tekanan dan intimidasi termasuk tekanan politik uang. Selain itu, pilihan rakyat juga mesti berdasarkan pertimbangan rasionalitas, bukan alasan yang bersifat pragmatis. Perebutan kekuasan politik seperti apapun bentuknya, mesti tetap dalam idealisme demokrasi.
Pada titik yang kritis ini, yang menguat adalah praktik proseduralisme demokrasi yang berbiaya tinggi, dan semakin terpinggirkannya substansi nilai-nilai demokrasi yang mengusung kearifan dan kemanusiaan. Ujung dari politik uang, tentunya demokratisasi tak bertuan. Mengapa? Karena agregasi kekuasaan yang berlangsung tidak melibatkan kekuatan kemerdekaan rakyat sesungguhnya. Sebab, yang menggerakkan pilihan mereka adalah landasan material/uang.
Di sisi lain, pemerintah yang berkuasa pun tidak memiliki ruang akuntabilitas untuk proses pertanggungjawaban. Karena segalanya telah selesai saat transaksi uang dalam proses pemilihan terjadi. Sehingga tak mengherankan, ketika terjadi tirani kekuasaan oleh negara, maka rakyat tidak memiliki daya resistensi yang cukup kuat. Di sinilah muncul ironi demokrasi. Dari rakyat, tapi bukan oleh rakyat, dan bukan untuk rakyat.
Aspek kedua, politik uang juga bermasalah dalam perspektif yuridis baik hukum positif maupun hukum Syariat sepertiditegaskan dalam hadist, dari Abdullah bin Amar berkata : ( Rasulullah saw bersabda : sesungguhnya Allah melaknat orang yang menyogok dan disogok ) HR. Kelimanya keculi An-Nasa’i dan At-Tirmidzi mensahihkannya. Dalam riwayat lain,  dari Tsauban berkata : ( Rasulullah saw melaknat orang yang menyuap, yang disuap, dan perantara suapan )  yakni orang yang memberikan jalan atas keduanya, HR. Ahmad.
Dalam UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu misalnya, disebutkan bahwa pelaksana, peserta, dan petugas kampanye dilarang menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta kampanye. (Pasal 84 ayat 1 huruf J).
Begitu pula dalam UU 32 tahun 2004 pasal 117 ayat 2 tentang Pilkada juga telah diatur larangan politik uang, dengan ancaman pidana penjara dua hingga 12 bulan bagi pelakunya ; Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Benahi Mental
Politik uang, apapun bentuknya, adalah virus pembunuh nomor wahid demokrasi. Kalau virus ini tidak dibasmi, ia akan menggerogoti mental para calon pemimpin, termasuk juga rakyat  pemilih. Cara yang paling efektif untuk bisa kebal dari ancaman virus ini adalah membentengi mental seluruh pihak yang terlibat dalam pentas demokrasi politik.
Para Calon Peserta Pilkada yang biasanya menggunakan politik uang cenderung bermental materi. Baginya, kekuasaan hanya bisa dibeli dengan uang. Jika calon seperti ini nantinya terpilih sebagai pemenang pemilukada, maka hukum ekonomi kapitalis akan berlaku disini, pemimpin tersebut akan mengeruk dan menguras anggaran pembangunan untuk mengembalikan modal yang telah digelontorkan pada saat proses tahapan pilkada berlangsung. Program dan alokasi pembangunan baru berjalan normal pada tahun ke 4-5 pemerintahannya, karena tahapan ini penting untuk ditonjolkan kepada masyarakat sebagai kamuplase untuk melanggengkan kekuasaan untuk kedua kalinya. Sementara bagi pemilih yang menerima uang sebagai kompensasi hak politik yang dimilikinya biasanya bermental pragmatis. Hidup baginya hanya untuk memenuhi kebutuhan perut. Mental seperti inilah yang mesti diprioritaskan utuk dibenahi oleh para cedekiwan, tokoh akademisi, tokoh agama, tokoh politik bersih, LSM, Ormas dan tokoh birokrat/ negarawan bersih.
Oleh sebab itu, Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menvonis bahwa : POLITIK UANG ITU HARAM,  merupakan salah satu jalan menghentikan laju politik uang. Setidaknya, para Calon Peserta Pilkada dan pemilih (rakyat) akan sadar dan memahami, bahwa perbuatannya itu termasuk dosa karena mengandung unsur risywah (suap-menyuap), yang dalam konteks Islam, pelakunya (baik pemberi dan penerima) akan mendapat siksa di akhirat kelak.
Selain membenahi mental, penting kiranya para calon peserta pilkada memiliki strategi berpolitik yang jitu. Para calon peserta pilkada seharusnya tidak bermodal ”tangan kosong” saat terjun ke dunia politik. Mereka wajib memahami strategi politik yang baik dan benar, seperti bagaimana membuat basis politik, menciptakan kader politik yang militan, menyusun program pembangunan yang aplikatif, dan telah menorehkan sejumlah bukti uji kelayakan (jejak rekam) sebagai pemimpin sebelumnya, seperti misalnya telah melaksanakan program pemberdayaan masyarakat pada suatu daerah sehingga daerah tersebut telah secara kongkrit menerima / merasakan manfaat dari program tersebut.
Keharusan seorang calon pemimpin memilki track record yang mumpuni adalah sesuai dengan hadist Rasullullah Saw, “ Barang siapa yang mengangkat (memilih) seorang laki-laki (untuk satu jabatan) berdasarkan sikap pilih kasih (karena uang atau family pen.), padahal ada dikalangan mereka orang yang lebih diridhai Allah darinya, maka sesungguhnya ia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan  Orang-orang yang beriman.” (HR. Al-Hakim, Suyuthi).
Wallahualam (disarikan dan diolah dari berbagai sumber)
·         Penulis Ketua umum Lsm Generasi Muda Pengawal Amanah Rakyat (LSM Gempar) Jakarta